RESUME
BUKU
PEDAGOGIK
(ILMU MENDIDIK)
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek (SP)
Mata
Kuliah : Pedagogika
Dosen : Bagus Nurul Iman, M.Pd
Dibuat
Oleh :
MAJID HAKIM
NIM.110641178
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2015
DAFTAR ISI
BAGIAN
1 KONSEP DASAR PEDAGOGIK
A. Pengertian Pedagogik
B. Pentingnya Pendidikan
C. Ilmu Pendidikan sebagai
Teori
BAGIAN
2 MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM
A. Pendidikan Hanya Untuk
Manusia
B. Anak Manusia Dalam
Kondisi Perlu Bantuan
C. Dasar Dan Ajar
BAGIAN
3 TUJUAN DAN BATAS KEMUNGKINAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
B. Batas-Batas Pendidikan
C. Keharusan dan
Kemungkinan Pendidikan
BAGIAN 4 SITUASI PERGAULAN & SITUASI PENDIDIKAN SERTA ALAT PENDIDIKAN
A. Situasi Pergaulan dan
Situasi Pendidikan
B. Alat Pendidikan
C. Jenis-Jenis Alat
Pendidikan
BAGIAN
5 PENDIDIK DAN ANAK DIDIK
A. Pendidik
B. Anak Didik
C. Interaksi Pedagogis
Antara Pendidik dengan Anak Didik
BAGIAN
6 KASIH SAYANG, KEWIBAWAAN, DAN TANGGUNG JAWAB
A. Kasih Sayang
B. Kewibawaan dalam
Pendidikan
C. Tanggung Jawab
BAGIAN
7 LINGKUNGAN-LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A. Pendidikan dalam
Lingkungan Keluarga
B. Lingkungan Pendidikan
Sekolah
C. Pendidikan dalam
Lingkungan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum
Wr,Wb
Alhamdulillahirabbil a’lamin, banyak nikmat yang Allah SWT berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan Resume Buku
dengan judul "PEDAGOGIK (ILMU MENDIDIK)", yang dibuat untuk memenuhi
tugas Semester Pendek (SP) Pada Mata Kuliah Pedagogika.
Dalam penyusunannya, saya
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak terkait. Meskipun saya berharap isi dari Resume
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Resume ini
dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya berharap agar Resume ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi semua pembaca.
Cirebon, 31 Agustus 2015
Penyusun
MAJID HAKIM
NIM : 110641178
Penyusun
MAJID HAKIM
NIM : 110641178
RESUME
PEDAGOGIK (ILMU MENDIDIK)
BAGIAN 1 KONSEP
DASAR PEDAGOGIK
Kegiatan
belajar 1: Pengertian Pedagogik
Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing
anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri
menyelesaiakan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah ilmu Pendidikan
Anak lavengeld membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”.
Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan pada
pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti
pendidikan, yang lebih menekankan pada praktek, menyangkut kegiatan mendidik,
kegiatan membimbing anak.
Dalam bahasa inggris istilah pendidikan dipergunakan
perkataan “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan
di sekolah, dengan alasan bahwa di sekolah tempatnya anak didik oleh para ahli
yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi.Dalam arti
khusus, pendidikan adalah bimbingan yang di berikan oleh orangdewasa kepada
anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.Pedagoagik pembahasannya
terbatas kepda anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah
pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa,
menurut Langeveld disebut “situasi pendidikan”.
Pendidikan pada hakekatnya
mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah
tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi orang
awam mungkin akan dianggap arti yang sama. Dalam praktek sehari-hari
dilapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti: pendidikan olahraga,
pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran
kemiliteran, latihan kemiliteran, dsb.
Kegiatan
Belajar 2 : Pentingnya Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu keharusan
bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya,
dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri.
Manusia pada ssaat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu
pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.
Anak manusia yang baru lahir sebagai bayi sangat memerlukan
bantuan dari ibunya, karena lahir dalam keadaan tidak berdaya. Kita bandingkan
dengan anak ayam yang baru menetas keluar dari telur dan segera dapat
berlari mencari makan sendiri. Masa muda anak ayam sangatlah singkat. Manusia
untuk menjadi dewasa secara modern memerlukan waktu sekitar 25 tahunan. Manusia
dan hewan sama-sama dilengkap dengan insting, ialah suatu kemempuan psiko-fisis
(jasmani rohani) yang diturunkan atau yang merupakan pembawaan. Manusia
tidak dapat bergantung kepada instingnya semata, banyak segi-segi
kehidupannya yang perlu diperjuangkan dan di kuasai dengan belajar. Manusia
dalam mencapai taraf kedewasaan dan kematangan dalam menyelesaikan persoalan
kehidupannya memerlukan usaha sadar yang disebut pendidikan. Pendidikan
fungsinya membimbing anak didik, yang akan mempengaruhi anak didik ke arah yang
sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan.
Proses mempengaruhi adalah proses psiko-sosial yang berlangsung antara
individu yang satu dengan yang lain, karena manusia dala makhluk sosial.
Dari uraian diatas jelas, bahwa masyarakat sebagai
kolektifitas mengalami pendidikan. Jika kelompok-kelompok itu tidak dididik, masyarakat akan
mengalami perkembangan yang terhamba, tidak dapat maju, dan akan tinggal
sebagai masyarakat yang feudal tradisional, kurang menunjukan produktivitas
dalam kehidupan, yang akhirnya menujukan pendapatan perkapita uang tidak
tinggi, yaitu masih di bawah batas pendapatan yang layak atau masih kurang
dalam klasifikasi kehidupan masyarakat miskin
Kegiatan
belajar 3 : Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Pendidikan membutuhkan teori pendidikan yang mengkaji
pendidikan secara akademik, baik secara empiric (pengalaman) yang bersumber
dari pengalaman- pengalaman pendidikannya, maupun dengan
renungan-renungannya, yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup
yang lebih luas. Ilmu pendidikan harus dipelajari karena yang akan dihadapi
adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut
harkat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan
yang semberono, melainkan suatu perbutan yang harus betul-betul disadarinya
dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dituju. Karena
itu pendidikan membutuhkan teori pendidikan Teori pendidikan diperlukan
untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan perbuatan mendidik yang yang
dapat dikategorikan kepada kesalahan teknis, kesalahan yang bersumber dari
struktur kepribadian pendidik, dan kesalahan konseptual. Kesalahan-kesalahan
teknis dalam mendidik dengan akibat yang merugikan, tidak sukar dibetulkan atau
dikoreksi. Kesalahan yang bersumber pada kepribadian pendidik sendiri tidak
mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang
tidaklah mudah.
Teori
pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara
ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan
(LPTK) yang mempersiapkan lulusan untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun
diluar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai
terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gurnning tadi, di mana perbuatan
pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras suatu
perbuatan yang tidak direncanakan, tidak tentu arah dan tujuannya.
Pendidikan
dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam
skala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan
yang dilaksanakan dalam skala besar. Seperti telah dikemukakan di muka bahwa
lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas menyangkut pengalaman
dan pemikiran manusia dalam pendidikan. Pernyataan tersebut melihat pendidikan
merupakan kegiatan manusia yang sangat luas, jadi ini dilihat dari lingkup
makro. Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat
aturanya sepeti Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup
pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut
melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
BAGIAN 2 Manusia
sebagai Animal educandum.
Kegiatan
belajar 1 : Pendidikan hanya untuk manusia
Perilaku mahluk dikategorikan pada dua perilaku, yaitu
perilaku anorganis dan perilaku organis. Perilaku anorganis yaitu suatu
gerakan yang terjadi pada benda- benda mati, tidak bernyawa. Perilaku
organis sebagai gerakan pada mahluk hidup dibedakan menjadi perilaku nabati,
perilaku hewani dan perilaku manusiawi, serta perilaku mutlak.Pada
prinsipnya manusia memiliki perilaku yang didasarkan atas insting. Insting pada
hewan berlaku selama hidupnya, sedangkan pada manusia peranan insting akan
diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh
hewan. Pendidikan pada hakekatnya mendidik anak sehingga kepribadiannya
merupakan suatu integritas, suatu kesatuan jasmani ruhani, dan dapat berperilaku
yang bertanggung jawab.
Kegiatan
belajar 2 : Anak manusia dalam kondisi perlu bantuan
Manusia
ketika dilahirkan, belum terposialisasi kemahirannya. Kata Nietzsche, manusia adalah
hewan yang “belum ditetapkan”. Hewan lahir dengan suatu spesialisasi, manusia
lahir dengan potensi, belum merupakan kenyataan. Manusia dilahirkan dalam
keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, ia berada dalam keadaan perlu
bantuan. Dan bantuan harus datang dari pihak lain.Manusia dilahirkan dalam
lingkungan manusiawi yang bertanggungjawab, berperasaan, komunikatif, dan
yang sosial. Keadaan manusia yang perlu bantuan itu menggugah dan mengundang
kasih sayang bagi mereka yang ingin menumpahkan kasih sayangnya.
Kegiatan
belajar 3 : Dasar dan Ajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah
faktor keturunan, faktor lingkungan, dan faktor diri. Aliran nativisme dalam
pendidikan dipelopori oleh Schopenhauer berpendapat bahwa segala kejadian di
dunia dipandangnya sebagai manifestasi dari benih yang ada padanya sejak
semula. Hal ini tidak saja berlaku bagi tanaman, melainkan juga bagi segala
organisme, termasuk manusia, oleh karena itu maka yang penting adalah
prokreasinya, perkembangan manusia hanya merupakan semacam penjabaran dari yang
telah disiapkan semula, yang telah dibawakan sejak kelahirannya.
Aliran naturalism yang
dipelopori JJ rousseau filosof perancis, berpandangan bahwa semua anka
yang dilahirkan berpembawaan baik, dan pembawaan baik anak tersebut akan
menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Aliranempirisme bertolak dari
pandangan jhon locke, yang mementingkan rangsangandari luar perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan. Teori konvergensi dalam pendidikan dipeloporioleh William stern,
yang mempertemukan ketiga teori antara naturalism, nativisme dan empirisme.
BAGIAN 3 Tujuan, Batas, dan
kemungkinan pendidikan
Kegiatan
belajar 1 : Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memiliki kedudukan yang menentukan dalam
kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberi
arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan akan berkaitan
dengan pandangan hidup suatu masyarakat berkaitan dengan nilai-nilai yang
dianut masyarakat.
Anak harus di didik
menjadi orang yang sanggup mengenal dan berbuat sesuai norma-norma kesusilaan.
Orang dewasa adalah orang yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup,
norma-norma kesusilaan, keindahan, keagamaan, kebenaran, dan sebagainya, serta
hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma itu.
Kegiatan
belajar 2 : Batas–batas pendidikan
Pendidikan sebagai perbuatan manusia tidak begitu saja
dilaksanakan tanpa memperhatikan batas-batas yang mempengaruhinya. Dalam
melaksanakan pendidikan akan terkait beberapa unsur, diantaranya pendidik
sebagai orang yang membimbing, anak didik sebagai subjek dan dibimbing, alat
pendidikan, tujuan pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Pendidik yang
terdiri dari orangtua sebagai pendidik kodrati alamiah, dan guru sebagai
pengganti orangtua bertanggung jawab untuk mendewasakan anak didik. Prinsip
dasar pendidikan bawa anak didik harus dipandang secara filosofis ataumenerima
kehadiran keakuannya, keindividuannya, sebagaimana dia seharusnya berada,
sehingga proses pendidikan dapat berjalan dan peserta didik harus dipandang
sebagai subyek, kalau pendidik memandang anak sebagai obyek, berarti anak
dapat di tentukan sebagai kemauan pendidik.
Kegiatan
belajar 3 : Keharusan dan kemungkinan pendidikan
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena
beberapa alasan, yaitu. Yang pertama Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak
berdaya, maksudnya adalah anak begitu lahir ke dunia perlu mendapatkan uluran
bantuan orang lain,untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan
berdiri sendiri, yangkedua manusia lahir tidak langsung dewasa, yang ketiga
manusia sebagai mahluk sosial, yang keempat manusia sebagai mahluk
individu yang berdiri sendiri, yangke lima manusia sebagai mahluk hidup yang
dapat bertanggung jawab, dan yang terakhir adalah sifat manusia dan kemungkinan
terjadinya pendidikan. Batas kemungkinan pendidikan tidak dapat disamaratakan
bagi semua orang.Tidak dapat dikatakan bahwa untuk semua orang terdapat batas
kemungkinan di didik yang sama. Sebab masing-masing individu bersifat unik.
BAGIAN 4 Situasi
Pergaulan dan Situasi Pendidikan Serta Alat Pendidikan
Kegiatan
belajar 1 : Situasi Pergaulan dan Situasi Pendidikan
Dalam situasi pergaulan anak memperoleh kesempatan untuk
menjadi dirinya. Dalam diri setiap anak ada hasrat untuk menjadi dirinya
sendiri. Setiap anak dilahirkan dengan memiliki suatu bentuk prinsip pribadi
sendiri. Tidak ada dua orang anak yang identik – sama sebangun didunia ini.
Dalam situasi pergaulan, anak memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan apa
yang dihayatinya. Anak dapat mengungkapkan dengan bebas dan spontan semua
pikiran, perasaan maupun kemauan yang dihayatinya. Dengan adanya kesempatan
untuk bertindak dan beringkah laku seperti yang ia inginkan, anak dapat
mengembangkan bentuk kepribadiannya sendiri. Disatu piha anak memang merasa
bergantung kepada orang dewasa, tetapi dipihak lain anak ingin memperoleh
kebebasan atau kemerdekaan. Anak ingin merdeka. Keinginan tersebut dapat
diperoleh anak dalam pergaulan.
Kegiatan
belajar 2 : Alat Pendidikan
Secara umum, alat pendidikan
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Amir Dien Indrakusuma, membedakan
faktor dan alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta
menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-langkah
yang diambil demi kelancaran proses pendidikan. Sementara itu, Ahmad D. Marimba, memandang alat
pendidikan dari aspek fungsinya, yakni: alat sebagai perlengkapan, alat sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam praktek pendidikan, istilah
alat pendidikan sering diidentikkan dengan media pendidikan, walaupun
sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media pendidikan adalah
alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas
komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan
dan pengajaran di sekolah.
Kegiatan
belajar 3 :Jenis-Jenis Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan yang sangat penting adalah :
a)
Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama
bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum menginsyafi apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan
buruk dalam arti asusila. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan alat
satu-satunya. Sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan
kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan
ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan dengan teratur dan sebagainya.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan
membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau
keluarga, di sekolah dan juga di tempat lain.
Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus
memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum
terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan
dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
2) Pembiasaan itu hendaklah terus
menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi
suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
3) Pendidikan hendaklah konsekuen,
bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya.
4) Pembiasaan yang mula-mulanya
mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu
sendiri.
b)
Pengawasan
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Pengawasan
itu penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan berarti
membiarkan anak berbuat sekehendaknya, anak tidak akan dapat membedakan yang
baik dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak
senonoh dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan
mana yang tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, dan menjadi manusia
yang hidup menurut nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu menjadi tidak
patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah hidup yang sebenarnya. Memang, ada
pula ahli-ahli didik yang menuntut adanya kebebasan yang penuh dalam
pendidikan. Roussean, contohnya, adalah
pendidik yang beranggapan bahwa semua anak yang sejak dilahirkan adalah baik,
menganjurkan pendidikan menurut alam. Menurut pendapatnya, anak hendaknya
dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga mengenai hukuman pun
Roussean menganjurkan hukuman alami.
Tetapi pendapat
para ahli didik sekarang umumnya, sependapat bahwa pengawasan adalah alat
pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan, biarkan secara berangsur-angsur
anak itu harus diberi kebebasan. Pendapat yang akhir ini mengatakan bukankah
kebebasan itu yang dijadikan pangkal atau permulaan pendidikan, melainkan kebebasan
itu yang hendak diperoleh pada akhirnya.
c)
Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus
dikerjakan oleh orang lain. Melainkan dalam hal
ini termasuk pula peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak.
Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah peraturan
susila.
Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh anak-anak jika si
pendidik sendiri juga menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu. Tony.
Tidak mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh murid-muridnya jika guru
sendiri tidak menaati peraturan yang telah dibuatnya itu.
Syarat-syarat memberi perintah antara lain:
1) Perintah hendaknya terang dan
singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak.
2) Perintah hendaknya disesuaikan
dengan keadaan dan umur anak sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak
mungkin dikerjakan oleh anak itu. Tiap-tiap perintah hendaknya disesuaikan
dengan kesanggupan anak.
3) Kadang-kadang perlu pula kita
mengubah perintah itu menjadi suatu peritah yang lebih bersifat permintaan
sehingga tidak terlalu keras kedengarannya. Hal ini berlaku lebih-lebih
terhadap anak yang sudah besar.
4) Janganlah terlalu banyak dan berlebih-lebihan memberi
perintah, sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang,
pendidik hendaklah hemat akan perintah.
5) Pendidik hendaklah konsekuen
terhadap apa yang telah diperintahkannya, suatu perintah yang harus ditaati
oleh seorang anak, berlaku pula bagi anak lain.
6) Suatu perintah yang bersifat
mengajak, sipendidik turut melakukannya, umumnya lebih ditaati oleh anak-anak
dan dikerjakannya dengan gembira.
d)
Larangan
Selain memberi perintah, sering pula kita harus melarang perbuatan anak-anak. Larangan
biasanya kita keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik atau dapat
membahayakan dirinya.
Seorang ayah dan ibu yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat
mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik pada anak itu, seperti:
1) Keras kepala atau melawan
2) Pemalu dan penakut
3) Perasaan kurang harga diri
4) Kurang mempunyai perasaan
tanggung jawab
5) Pemurung atau pesimis
6) Acuh tak acuh terhadap sesuatu
(apatis) dan sebagainya.
Syarat-syarat yang harus diperintahkan
dalam melakukan larangan diantaranya:
1) Sama halnya dengan perintah,
larangan itu harus diberikan dengan singkat, supaya dimengerti maksud larangan
itu.
2) Jangan terlalu sering melarang,
akibatnya tidak baik bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat dicegah
dengan membolehkan perhatian anak kepada sesuatu yang lain, yang menarik
minatnya.
e)
Ganjaran
Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang untuk mendidik anak-anak
supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat
penghargaan. Pendidik bermaksud supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih
giat lagi usahanya untuk mempertinggi prestasi yang telah dicapainya untuk bekerja
atau berbuat lebih lagi.
·
Macam-macam ganjaran
Beberapa macam sikap pendidik
yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya, antara lain:
1)
Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang
diberikan oleh seorang anak.
2)
Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, ”Rupanya sudah
baik pula tulisanmu, mun, kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik
lagi”.
3)
Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh “Kamu akan saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3 ini sepertinya terlalu mudah kamu kerjakan.”
4)
Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi
anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang lain.
f)
Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak lepas dari sistem kemasyarakatan
serta kenegaraan yang berlaku pada waktu itu, dengan kata lain hukuman adalah
penderitaan yang diberikan atai di timbulkan dengan sengaja oleh seseorang.
Cara menghukum harus memperhatikan hal-hal berikut:
1)
Hukuman itu hendaknya mendidik, berangkat dari kesiaan
pendidik membantu terdidik untuk berkembang, dengan kata lain bukan balas
dendam.
2)
Bentuk hukuman hendaknya sedapat mungkin ada hubungannya
dengan bentuk kesalahan. Misalnya tidak melakukan kewajiban seharusnya ditebus
dengan melakukan kewajiban yang lain.
3)
Jangan menyakiti harga diri terdidik.
4)
Jangan memberi hukuman badan.
BAGIAN 5 Pendidik
dan Anak Didik
Kegiatan
belajar 1 : Pendidik
Pendidik adalah orang
dewasa yang membimbing anak, agar si anak tersebut bisa menuju ke arah
kedewasaan. Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik. Jadi pendidik
adalah orang dewasa yang secara kodrati atau karena tugasnya bertugas untuk
membimbing anak menjadi dewasa. Pendidik harus orang dewasa, karena tidak
mungkin pendidik membawa anak sebagai manusia yang belum dewasa dibawa
kepada kedewasaannya oleh manusia yang belum dewasa. Jadi pendidik harus
manusia yang dewasa.
Kegiatan
belajar 2 : Anak didik
Anak didik sebagai orang yang belum dewasa memiliki
karakteristik sebagai berikut : 1) individu yang memiliki potensi fisik
dan psikis yang khas, 2) individu yang berkembang melalui fase-fase tertentu,
3) individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi,
4) individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri Cirri-ciri anak didik adalah
: 1) kelemahan dan ketidak berdayaan, 2) anak didik adalah mahluk hidup
yang ingin berkembang, 3) anak didik yang ingin menjadi diri sendiri.
Kegiatan
belajar 3 : Interaksi Pedagogis antara pendidik dengan anak didik
Interaksi pedagogis pada dasarnya ialah komunikasi timbale
nalik antara anak didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan. Interaksi pedagogis akan berlangsung apabila terdapat beberapa hal,
yaitu rasa tenang pada anak didik, hadirnya kewibawaan, kesediaan pendidik
membantu anak didik, dan perhatikan niat anak.Interaksi belajar mengajar di
sekolah harus menyangkut aspek-aspek pendidikan budi pekerti,
pendidikan kecerdasan, pendidikan sosial, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan keindahan, pendidikan jasmani, pendidikan agama, dan pendidikan
kesejahteraan keluarga.
BAGIAN 6 Kasih
sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab
Kegiatan
belajar 1 : Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan suatu penyerahan diri secara total
dari pendidik, dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu
kedewasaan. Dengan kasih sayang seorang pendidik menyerahkan seluruh pribadinya
demi kepentingan anak didik, dengan tanpa memikirkan pembalasan apa yang
diharapkan dari si anak.
Sikap dan perilaku orangtua dalam memberikan kasih sayang
pada anak-anaknya seyogyanya guru mampu menerapkannya di sekolah, guru
menyayangi anak didiknya harus seperti orangtua menyayangi anaknya.
Kegiatan
belajar 2 : Kewibawaan dalam pendidikan
Kewibawaan merupakan suatu pancaran batin yang dapat
menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti
dengan penuh pengertian atas pengaruh tersebut. Kewibawaan seorang
pendidik akan diakuiapabila pendidik mempunyai kelebihan dari anak didiknya
baik sikap pengetahuan maupun ketrampilannya.Pendidik harus memiliki kewibawaan
di mata anak didik, karena anak didik membutuhkan perlindungan, bantuan,
bimbingan, dan seterusnya dari pendidik dan pendidik bersedia untuk
memenuhinya.
Kegiatan
belajar 3 : Tanggung jawab
Bertanggung jawab ialah suatu keadaan dimana suatu tindakan
atau perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta
nilai-nilai luhur kesusilaan dan atau keagamaan. Bisa juga dikatakan bahwa
bertanggung jawab berarti dapat didakwa berdasarkan nilai-nilai moral dan
susila maupun nilai-nilai agama.Seseorang guru harus bertanggung jawab terhadap
tugasnya sebagai guru, yaitu mendidik dan mengajar anak-anak yang telah
dipercayakan orangtua anak kepadanya. Dalam melaksanakan tanggung jawab
manusia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan, dan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam.
BAGIAN 7 Lingkungan-lingkungan
pendidikan
Kegiatan
belajar 1 : Pendidikan dalam lingkungan keluarga
Keluarga adalah suatu kesatuan (unit) dimana
anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan unit
tersebut. Keluarga mempunyai makna juga sebagai suatu lembaga atau unit sosial
terkecil dimasyarakat yang terbentuk melalui perkawinan yang sah dan biasanya
terdiri atasayah, ibu serta anak-anak yang belum menikah.Fungsi keluarga yaitu,
fungsi edukatif, fungsi sosialisasi anak, fungsi proteksi, fungsi afeksi,
fungsi religius, fungsi rekreasi, dan fungsi biologis. Peran orangtua dalam
keluarga sebagai penumtun, pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Padaumumnya
kewajiban ibu bapak itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi.
Menurut Ki hajar Dewantara suasana kehidupsn keluaraga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan, orang seorang (pendidikan individual)
maupun pendidikan sosial.
Kegiatan
belajar 2 : Lingkungan pendidikan sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga khusus, suatu wahana, suatu
tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sekolah
didirikan oleh masyarakat atau pemerintah untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga yangsudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik,mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Kegiatan
belajar 3 :Pendidikan dalam lingkungan masyarakat
Masyarakat tercakup sekelompok orang yang berinteraksi antar
sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi
bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada
kalanya dan adakalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan
bersama.Sampai saat ini bangsa indonesia masih ditandai oleh dua cirri yang
unik yaitu, secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial
atau komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat dan
kedaerahan, dan secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan
antara lapisan atas, menengah, dan lapisan rendah. Fungsi masyarakat sebagai
pusat pendidikan akan tergantung kepada perkembangan masyarakat itu sendiri
beserta sumber-sumber lainnya yang tersedia.
Kebudayaan dengan wujud ideal merupakan hasil karya manusia
termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi, UUD 1945 dimana didalamnya
tercantum dasar Negara pancasila. Jadi pancasila merupakan hasil karya bangsa
Indonesia yang memiliki nilai kehidupan yang tinggi bagi bangsa Indonesia,
sehingga diakui dan dijadikan dasar dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Antara kebudayaan, masyarakat, dan pendidikan tidak dapat
dipisahkan, dimana kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan dirinya, atau
dikembangkan melalui pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan uhbiyati, N. (2001). Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,
Depdiknas RI. (2003),
Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Al-Huda
Drijarkara, S.J., 1996, Pertjikan
Filsafat, Djakarta: PT. Pembangunan.
Langeveld, M.J, 1980.
Pedagogik Teoritis, (terjemahan oleh
simandjuntak dari “Beknopte Theoretische Paedagogiek”). Bandung: Bapemsi
Langeveld, M.J,
(1954). Beknopte Theoretische Paedagogiek,
Groningen Wolters
Pidarta, Made. 1997.
Landasan Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta,
Pribadi, Sikun,
(ed). 1980. Landasan Pendidikan,
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.
Purwanto,
Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis
dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Robandi, B. (19..).
Landasan Pendidikan, Bandung:
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.
Sadulloh, Uyoh
dan Oong Komar. 1985. Dasar-dasar
Pendidikan, Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.
Sadulloh, Uyoh.
2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
alfabeta
Suardi, E.
(1984). Pedagogik 1. Bandung: Angkasa
--------------(1984).
Pedagogik 2. Bandung: Angkasa
--------------(1984).
Pedagogik 3. Bandung: Angkasa
Tim Dosen
(2005). Pengelolaan Pendidikan.
Bandung: Jurusn Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Tirtaraharja,
Umar dan La Sula. 2000. Pengantar
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
Judul Buku : Pedagogik (Ilmu Mendidik)
Penulis : Uyoh Sadulloh
Penerbit : Alfabeta
Kota terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2010
Ukuran : 16x24 cm
Halaman : 214 halaman
ISBN : 978-602-8361-84-2
Agar Tidak Salah Mendidik Anak
Mendidik bukanlah hal yang mudah, karena setiap
anak adalah unik. (Kompas, Minggu 12 Oktober 2012). Segala usaha dikerahkan
agar cita-cita anak didik dapat tercapai. Namun, tak semua perlakuan yang
menyenangkan anak akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan
mandiri. Sebaliknya, kesenangan-kesenangan ini dapat mengantar anak menjadi
pribadi manja dan mudah menyerah.
Banyak orang yang tidak mengetahui atau
mempelajari suatu teori pendidikan, tetapi ia dapat menjadi seorang pendidik
yang baik, berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi,
seorang ahli teori pendidikan, belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi
seorang pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik
anaknya sendiri. (Burhanudin Salam).
Dari masalah diatas, jangan dijadikan alasan
bahwa tidak perlu atau tidak ada manfaatnya apabila kita mempelajari pedagogik
(ilmu mendidik). Burhanudian Salam mengutip perkataan Gunning dalam bukunya
bahwa “praktek tanpa teori merupakan perbuatan orang tidak waras, sedangkan
teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang jenius.”
Kehadiran buku Pedagogik (Ilmu Mendidik)
mencoba menjawab dan memberi solusi dari masalah-masalah diatas, Jika buku ilmu
pendidikan yang lain lebih menitik beratkan pada pendidikan disekolah, lain
halnya dengan buku ini. Buku Pedagogik (Ilmu Mendidik) ini menitik beratkan
kepada pendidikan anak, bukan hanya disekolah tetapi juga dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat, sehingga diharapkan para pembacanya dapat mengetahui
ilmu pendidikan secara komprehensip.
Bertolak dari latar belakang pendidikan yang
dimilikinya sebagai seorang praktisi di bidang ilmu pendidikan, penulis yang
telah menyusun beberapa buku diantaranya Filsafat Pendidikan, Dasar-Dasar
Pendidikan dan Pengantar Filsafat Pendidikan, penulis menyusun buku
ini kedalam tujuh bagian, yaitu konsep dasar pedagogik, manusia sebagai
animal educandum, tujuan dan batas kemungkinan pendidikan, situasi pergaulan dan
situasi pendidikan serta alat pendidikan, Pendidik dan anak didik, kasih sayang
kewibawaan dan tanggung jawab dan materi ketuju yaitu lingkungan pendidikan.
Pada konsep dasar pedagogik dibahas
tentang hakekat mendidik, perbedaan pedagogi dan pedagogik, yaitu apabila
pedagogi lebih menekankan kepada praktek pendidikan, sedangkan pedagogik lebih
menekankan pada teori pendidikan dan perenungan tentang pendidikan. Dibagian
ini juga dibahas tentang kesalahan-kesalahan dalam mendidik dan solusi
pemecahannya. Pada manusia sebagai animal educandum dibahas alasan
mengapa manusia perlu dididik, faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan dan
aliran-aliran dalam pendidikan. Pada situasi pergaulan dan situasi
pendidikan dijelaskan tentang mana yang merupakan situasi pendidikan bagi
anak dan mana yang bukan, karena tidak semua interaksi orang dewasa dan anak
merupakan situasi pendidikan.
Dalam bagian Pendidik dan anak didik dibahas
tentang kriteria pendidik dan kriteria anak didik. Pada kasih sayang,
kewibawaan dan tanggung jawab dibahas bahwa pendidik harus memahami makna
kasih sayang, kewibawaan dan tanggung jawab dan kadarnya. Dan pada bagian akhir
yaitu lingkungan dan pendidikan dibahas tentang lingkungan pendidikan
bagi anak yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dengan pemilahan demikian, buku tersebut lebih
cenderung sebagai arahan agar tidak salah mendidik anak. Pembaca
diarahkan bagaimana cara memahami, menyayangi, membimbing dan mendidik anak.
Sementara itu, secara umum buku tersebut banyak membicarakan tentang anak
sebagai insan yang membutuhkan pendidikan. Bahasa yang penulis gunakan
sederhana, mudah dan akrab.
Bagi Pendidik, dalam hal ini seorang guru buku
ini sangat direkomendasikan untuk dibaca agar bisa sukses menjadi guru yang
baik, guru yang tidak hanya menjadi “tukang ajar” tetapi menjadi guru yang
mampu mengembangkan bakat dan hati nurani anak didik.
Untuk memahami fenomena pendidikan
secara sistematis, memberikan petunjuk tentang yang seharusnya dilaksanakan
dalam mendidik, menghindari kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak
juga untuk ajang untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi demi
perbaikan bagi diri sendiri.
Bagi para orang tua agar dapat memahami
kebutuhan dan potensi anak, sehingga tidak salah dalam mendidik anak. Bagi para
mahasiswa yang mendalami ilmu pendidikan akan sangat berguna untuk
mengembangkan “wawasan pendidikan” dan mempertajam “nuansa ilmu pendidikan”
dalam bidang pendidikan. Sedangkan bagi pembaca pada umumnya, buku ini
bermanfaat untuk menjadikan diri sebagai manusia yang lebih bijaksana, karena
orang pintar belum tentu bijaksana sedangkan orang bijaksana sudah tentu dia
pintar karena dia mampu memilah dan memilih keputusan yang terbaik dari yang
baik dan kurang baik.
Buku ini memadukan berbagai disiplin ilmu,
meliputi filsafat pendidikan yaitu membahas tentang hakekat manusia, Psikologi
Pendidikan yaitu membahas tentang Perkembangan manusia dan tentu saja
ilmu pendidikan. Kelemahan buku ini adalah pada sistematika penulisan bab yang
tumpang tindih. Sebagai contoh materi tentang alat-alat pendidikan di Bab II di
ulang lagi di Bab III dan terlalu banyak mengutip perkataan Langveld seorang
ahli pendidikan asal Belanda.

ijin share
BalasHapus