MAKALAH
INOVASI
PEMBELAJARAN IPA DI SD
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek
Mata
Kuliah : Pembelajaran IPA di SD
Dosen : Susilawati, M.Pd
Dibuat
Oleh :
MAJID HAKIM
NIM.110641178
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2015
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DARTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Inovasi
Pembelajaran............................................................. 2
B. Pembelajaran IPA di SD....................................................................... 5
C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ………......................................... 8
D. Bunga …………………………………………...….…........................... 9
E. Pendekatan PAIKEM ……………………………............................... 11
F. Pelaksanaan Pembelajaran PAIKEM ……………............................. 12
G. Penerapan Pendekatan PAIKEM Dalam
IPA ……........................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 18
B. Saran.................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum
Wr,Wb
Alhamdulillahirabbil a’lamin, banyak nikmat yang Allah SWT berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan
judul "INOVASI PEMBELAJARAN IPA DI SD", yang dibuat untuk memenuhi
tugas Semester Pendek (SP) Pada Pembelajaran IPA.
Dalam penyusunannya, saya
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak terkait. Meskipun saya berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya berharap agar makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
MAJID HAKIM
NIM.110641178
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat,
hal ini terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2009
tentang pendidikan dasar. Sekolah Dasar atau yang sederajat merupakan lembaga
pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak
yang pada umumnya berusia 6-12 tahun. Pendidikan di SD dimaksudkan untuk
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa berupa pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata
pelajaran di sekolah dasar,
dimana sebagian besar materinya berhubungan dengan pengalaman hidup sehari-hari
yang dialami oleh manusia pada umumnya, dan siswa pada khususnya.
Pembelajaran suatu pelajaran akan
bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya
sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi
dalam proses pembelajarannya. Demikian halnya dengan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar, guru SD perlu memahami bagaimana karakteristik IPA.
Menurut Srini. M. Iskandar (1997:15)
Pembelajaran IPA untuk siswa SD harus dimodifikasi agar siswa-siswa dapat
mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai
dengan kemampuan dan tahap perkembangan kognitifnya.
Menurut Depdiknas (2006:484)
mengatakan bahwa IPA juga berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Salah satu
materi yang menjadi pokok bahasan dalam IPA SD adalah bunga. Bunga merupakan alat
perkembangbiakan secara generatif pada tumbuhan. Bagian-bagian yang biasanya
dimiliki oleh bunga adalah tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, putik,
dan benang sari. Akan tetapi, bentuk
dan susunan bunga pada setiap tumbuhan sangat beraneka ragam. Hal tersebut seringkali menimbulkan
kebingungan pada siswa. Siswa tidak dapat menyebutkan bagian-bagian bunga pada
spesies tumbuhan yang berbeda.
Berdasarkan pernyataan di atas untuk
mewujudkan hal tersebut atau untuk dapat terlaksananya pembelajaran IPA yang
memberikan pengalaman langsung maka guru hendaknya memahami dan melaksanakan
prinsip-prinsip pembelajaran yang berkualitas, yakni pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran perlu dirancang agar
memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi mengembangkan kompetensi siswa
secara berkesinambungan.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan
bahwa IPA bukan mata pelajaran bersifat hafalan, tetapi mata pelajaran yang
memberi peluang bagi siswa melakukan berbagai pengamatan dan latihan, terutama
yang berkaitan dengan pengembangan cara berpikir yang sehat dan logis. Jika
dicermati pembelajaran IPA di SD telah diusahakan untuk dekat dengan lingkungan
siswa. Hal ini untuk mempermudah siswa mengenal konsep-konsep IPA secara
langsung dan nyata. Sesuai dengan proses pembelajaran IPA yang menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung. Agar siswa dapat mengembangkan
potensinya dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Untuk
meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan bergelut dengan ide-ide.
Pada kenyataannya, pembelajaran IPA
di SD masih cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan atau
latihan-latihan dari guru. Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa
dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru. Praktikum IPA
jarang sekali bahkan tidak dilaksanakan. Guru hanya menginformasikan fakta dan
konsep melalui metode ceramah dan meminimalkan keterlibatan siswa. Siswa diberi
pertanyaan yang lebih cenderung berupa hafalan. Pertanyaan yang berkaitan
dengan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti melakukan suatu percobaan
kemudian menyimpulkan sendiri hasil percobaan jarang dilakukan oleh guru.
Siswa lebih banyak mendengarkan dan
menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta
keterampilan yang mereka butuhkan. Hasilnya siswa kurang tertarik pada
pembelajaran, kurang memahami penjelasan materi, tidak dapat menemukan konsep
dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan secara mandiri dan kurang memiliki
kemampuan berpikir induktif dalam memahami konsep materi walaupun mereka
memiliki banyak pengetahuan akan tetapi siswa tidak dilatih untuk menemukan
sendiri pengetahuan itu. Akibatnya dapat menghambat kemampuan berpikir induktif
siswa dalam mengorganisasikan suatu konsep materi pembelajaran dari guru
khususnya pada mata pelajaran IPA.
Pendekatan PAIKEM merupakan merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang ideal. Dengan pendekatan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), siswa
dapat mendapatkan ide-ide sendiri dalam pembelajaran berlangsung dengan
pendekatan lingkungan sekitar. Begitu pula guru dengan berbagai ide segar dan
menarik yang dilengkapi dengan contoh praktis untuk diterapkan dalam
pembelajaran. Pemahaman mengenai PAIKEM ini diharapkan dapat membantu guru
memfasilitasi pembelajaran siswa dengan lebih bermakna.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
- Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran PAIKEM?
- Bagaimanakah penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran IPA materi bunga?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Inovasi Pembelajaran
Menurut Roger inovasi adalah suatu gagasan, objek benda atau kegiatan yang
dianggap baru. Bagi Drucker inovasi adalah perubahan, ide atau gagasan yang
mendorong seseorang sebagai penggunanya bekerja dan berkarya dan lebih baik
dari sebelumnya atau menghasilkan dimensi kinerja baru. Inovasi terjadi secara
beriringan dengan timbulnya tantangan, karena setiap inovasi menyebabkan orang
berada dalam situasi berbeda dan memerlukan penyesuaian diri(dalam
Prawiradilaga,2012.hal212).
Menurut Roger
suatu inovasi dapat diterima oleh masyarakat banyak, sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan. Persyaratan yang dimaksud yaitu sifat-sifat khusus atau
kekhasan yang dapat mempermudah proses penebaran atau inplementasi inovasi itu
sendiri. Kekhasaan itu antara lain :
Ø Manfaat Relatif
Inovasi
mempunyai keuntungan ekonomis dan dapat menaikkan gengsi sosial atau pandangan
masyarakat lain terhadap orang tertentu(Adopter) yang menggunakan inovasi itu
Ø Sesuai
Inovasi tidak
bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku dimayarakat. Semakin sesuai
suatu inovasi dengan nilai dan masyrakat semakin mudah masyarakat menerimanya.
Ø Rumit
Inovasi dapat
diterima karena inovasi tersebut mudah diterapkan atau digunakan oleh
masyarakat.
Ø Dapat dicoba
Mayarakat atau
Khalayak diberi kesempatan untuk melaksanakan uji coba terhadap inovasi. Dengan
demikian masyarakat dapat melihat dan memutuskan kegunaan inovasi itu bagi
mereka.
Ø Dapat diamati
Inovasi bersifat nyata dan berwujud membuat inovasi itu dapat diamati oleh
mayarakat.
Pembelajaran
Inovatif mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau
instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru
agar mampu memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan
hasil belajar. Pembelajaran
inovatif yang disajikan adalah model pembelajaran kolaboratif model
pembelajaran berbasis proyek dan model pembelajaran berorientasi Nature
of Science (NOS). Ketiga model tersebut memiliki peluang yang besar dalam
memfasilitasi siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap proses dan hasil
belajarnya.
B. Pembelajaran IPA di SD
Seorang guru akan dapat menyajikan materi IPA dengan baik
perlu menguasai bahan kajian IPA yang akan diajarkannya. Akan tetapi penguasaan
terhadap bahan saja tak cukup, namun perlu juga penguasaan strategi dan
pendekatan pembelajaran IPA, dalam hal ini adalah IPA SD. Pembelajaran IPA
kadang-kadang terasa sulit, banyak hambatan, banyak kegagalan, baik bagi siswa
maupun guru, tetapi dilain pihak kita juga pernah merasa senang dan puas. Ini
tentunya merupakan pengalaman sekaligus tantangan untuk bisa menyajikan IPA di
kelas lebih banyak hal-hal yang menyenangkan bagi siswa dan guru. Oleh karena
itulah, pada kesempatan ini kita mencoba untuk menggali pendekatan dan metode
pembelajaran IPA yang memungkinkan siswa untuk belajar IPA lebih baik.
Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang cocok
untuk suatu konsep IPA perlu memperhatikan hakekat ilmu IPA, hakekat anak SD,
kurikulum IPA SD dan teori belajar IPA.
Pendekatan belajar mengajar merupakan suatu konsep atau
prosedur yang digunakan dalam membahas bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
belajar mengajar. Sedangkan metode mengajar merupakan suatu cara mengajar yang
dapat digunakan untuk mengajarkan tiap bahan pelajaran. Tiap pelajaran
mempunyai ciri khas tertentu sehingga melahirkan pendekatan tertentu dalam
pengajarannya.
Menurut Depdiknas (2006), Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan
IPA (sains) diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
sains diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau lingkungan
sekitar.
Beberapa
ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya.
Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and
exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “
Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan
pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik
tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1).
Belajar
sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip,
hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga
belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi
bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah
dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar
pada definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sains
selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin (1993:3) yang menyatakan
bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip,
hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam
sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan
analisis di dalam sains.
Sebagai
proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan
diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui
keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga,
mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan
data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang
sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan
menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan
sebagai suatu hal yang positif.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga
komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas
kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan
atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
IPA (sains)
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan sains perlu
dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.
Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya
2. Mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Melakukan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam.
6. Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
7. Meningkatkan
pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Dengan
demikian proses pembelajaran IPA harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin.
Proses pembelajaran yang baik sudah ditegaskan oleh BSNP (2007) yang menyatakan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik
memberikan keteladanan.
Setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam hal ini
guru tertantang dan harus mampu untuk dapat memberlangsungkan Pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif sekaligus Menyenangkan (PAIKEM).
C.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar umurnya berkisar
antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada
pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berfikir untuk meng operasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat
dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran
matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat
peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga
lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase
konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan
selanjutnya abstrak.
Dalam IPA setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami
siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam
memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola piker dan pola tindakannya.
Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan
dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena
hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, “saya mendengar
maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”.
D.
Bunga
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif pada
tumbuhan biji (Gymnospermae). Perkembangbiakan
generatif merupakan perkembangbiakan yang didahului pembuahan. Pada tumbuhan
berbunga, pembuahan yang terjadi didahului dengan penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa
jatuhnya kepala serbuk sari ke kepala putik. Bagian bunga yang paling menarik
adalah mahkota. Mahkota yang indah dan berbau menyengat menarik perhatian
serangga, seperti kupukupu, kumbang, dan lebah. Akibatnya, tanpa disadari
proses penyerbukan terjadi.
Bunga yang
memiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, dasar bunga, dan putik disebut
bunga sempurna. Jika memiliki semua bagian kecuali putik, maka disebut bunga
jantan. Jika memiliki semua bagian kecuali benang sari, maka disebut bunga
betina. Bunga yang memiliki benang sari dan putik disebut bunga hermafrodit.
1.
Alat Kelamin Betina (Putik)
Sekuntum bunga dapat memiliki
beberapa putik yang terletak di tengah dasar bunga. Putik terdiri atas bakal
buah di bagian dasar, tangkai putik yang ramping di atas bakal buah, dan
kepala putik pada ujung tangkai putik. Bakal buah berisi satu atau lebih bakal
biji. -Di dalam bakal biji terdapat sebuah sel yang disebut handling
lembaga, yang berisi beberapa inti sel. Satu di antara inti sel itu adalah inti
sel telur yang akan dibuahi oleh inti sperma. Sete-lah terjadi pembuahan,
bakal biji berkembang menjadi biji dan dinding bakal buah menjadi buah yang
berisi biji tersebut
2.
Alat Kelamin Jantan (Benang Sari)
Benang sari merupakan alat kelamin
jantan. Benang sari terdiri atas tangkai sari dan kepala sari.
Pada kepala sari terdapat kantong sari yang berisi serbuk sari. Setiap serbuk
sari berisi inti sperma (sel kelamin jantan).
3. Bunga Lengkap dan Tidak Lengkap
Bunga memiliki alat kelengkapan
bunga, yaitu kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. Bunga yang
memiliki semua bagian tersebut disebut bunga lengkap. Bunga yang tidak
memiliki satu atau beberapa bagian tersebut disebut bunga tidak lengkap.
Contoh bunga lengkap adalah mawar, melati, dan kembang sepatu. Contoh bunga
tidak lengkap adalah salak dan kelapa.
4. Bunga Sempurna dan Tidak Sempurna
Berdasarkan kelengkapan alat
kelaminnya, bunga dibedakan menjadi dua, yaitu bunga sem-purna dan bunga tidak
sempurna.
a.
Bunga sempurna
Bunga sempurna adalah bunga yang
mem-punyai alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari).
Jadi, pada bunga sempurna terdapat putik dan benang sari dalam satu bunga.
Mahkota dan kelopak bunga tidak harus ada pada bunga sempurna.
b.
Bunga tidak sempurna
Bunga tidak sempurna adalah bunga
yang tidak memiliki salah satu alat kelamin, baik itu putik atau benang sari.
Jadi, pada bunga tidak sempurna terdapat putik saja atau benang sari saja.
Bunga yang hanya mempunyai putik dise-but bunga betina. Bunga yang hanya mempunyai
benang sari disebut bunga jantan. Agar ter-jadi penyerbukan diperlukan bunga
jantan dan bunga betina.
E.
Pendekatan
PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan.
Learning is fun merupakan kunci yang
diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di
pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap
ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan
dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan
penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal
tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan
otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya
membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
F.
Pelaksanaan
Pembelajaran PAIKEM
Secara garis besar, pembelajaran PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut.
Secara garis besar, pembelajaran PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut.
- Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
- Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
- Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
- Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
- Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru
yang besesuaian.
Sesuai dengan huruf yang menyusun
namanya, pembelajaran PAKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang
memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1. Aktif
Pengembang
pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai
pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam
proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar
konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu
pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak.
Di dalam
implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara
aktif di dalam proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan
siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca,
20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat
dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan
kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden &
Voss, 2000). Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh
individu tersebut.
2. Inovatif
Pembelajaran
PAIKEM bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is
fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa
sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di
kelas. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan
cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya
kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada
yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan
fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental,
diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
3. Kreatif
Pembelajaran
PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta
kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan
yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap
orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pebelajar yang
mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran
tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu memilih strategi belajar tertentu
untuk menyelesaikan masalah belajarnya; (c) memonitor keefektivan strategi
tersebut; dan (d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut
sampai masalahnya terselesaikan.
4. Efektif
Menyiratkan
bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil
belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karkteristik
efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang
relevan dengan hasil belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai
strategi pembelajaran inovatif termasuk PAKEM seringkali tidak efisien (memakan
waktu) lebih lama dibandingka dengan pembelajaran tradisional/konvensional. Hal
tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam pembelajaran PAKEM banyak hasil
belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama, sementara pada pembelajaran
tradisional hasil belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif saja.
5. Menyenangkan
Pembelajaran
yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar
yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss
(2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya
menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya
memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang
menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan
motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada
saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut
penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas
sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan
alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan
dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan
bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan
kebiasaan mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri
pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya juga
pembelajaran kontekstual.
PAIKEM
merupakan pembelajaran yang tidak hanya terpaku menggunakan satu pendekatan
saja, tetapi dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model. PAIKEM
diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang
sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut.
G. Penerapan
Pendekatan PAIKEM Dalam IPA
Konsep-konsep sains dan lingkungan
sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi
yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat
terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya.
Seandainya kita renungi empat pilar
pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be
(belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan
sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas
sedemikian rupa oleh guru, agar supaya pembelajaran tersebut dapat terlaksaana
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dari empat pilar pendidikan dan
kelima komponen prinsip PAIKEM (Mengalami, Pembaruan, Berinteraksi, Komunikasi,
Berekspresi, dan Melakukan Refleksi), komponen ’Mengalami’, ’Pembaruan’, dan
’Berkspresi’ berkaitan dengan bagaimana guru mengolah bahan/materi pelajaran.
Artinya, bagaimana guru mengolah materi pelajaran sehingga siswa mengalami dan
mengekspresikan gagasannya. Untuk komponen interaksi, komunikasi dan refleksi
berkaitan dengan bagaimana guru mengelola kelas. Artinya, bagaimana siswa harus
dikelola (kerja kelompok, berpasangan, ataukah individual) agar mereka
berinteraksi satu sama lain untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama dan pada
saat yang sama berkembang pula kemampuan individualnya.
Cara mengolah materi sehingga
tercipta komponen ’mengalami’ dan ’ekspresi’ untuk tiap-tiap mata pelajaran
akan berbeda satu sama lain sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
bersangkutan. Misalnya, dalam IPA dikenal rumus POE: Predict (prediksi),
Observe (amati), Explain (jelaskan). Suatu cara mengolah materi IPA di mana
guru merumuskan pertanyaan untuk siswa sehingga siswa melakukan prediksi (atas
jawbaan pertanyaan tersebut), melakukan pengamatan/percobaan untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kemudian menjelaskan hasil pengamatan/percobaan terkait
dengan prediksi yang mereka buat sebelumnya.
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan
berbagai kegiatan yang terjadi selama Pembelajaran. Pada saat yang sama,
gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran
dan kemampuan guru.
Kemampuan Guru
|
Pembelajaran
|
Guru
menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
|
Sesuai
mata pelajaran, guru menggunakan, misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri, Gambar, Studi
kasus, Nara
sumber, Lingkungan.
|
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
|
Siswa:
· Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara.
· Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri.
· Menarik kesimpulan.
· Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri .
· Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri.
|
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara
lisan atau tulisan.
|
Melalui:
· Diskusi
· Lebih banyak pertanyaan terbuka
· Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri.
|
Guru
menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
|
Siswa
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu).
Bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
Tugas
perbaikan atau pengayaan diberikan.
|
Guru
mengaitkan pembelajaran dengan
pengalaman siswa sehari-hari.
Guru
memantau kerja siswa
Guru
memberikan umpan balik
|
Siswa
menceritakan atau memanfaatkan
pengalamannya sendiri.
Siswa
menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai pembelajaran dan
kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
- Dalam dunia pendidikan sekarang ini perlu adanya inovasi dalam pembelajaran. Sehingga dengan adanya inovasi yang lebih baik peserta didik dapat belajar dengan baik dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Oleh karena itu seorang pendidik harus mengetahui konsep dari belajar dan pembelajaran yang baik, sehingga dalam proses belajar siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik.
- Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.
- Melalui metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), siswa dapat mendapatkan ide-ide sendiri dalam pembelajaran berlangsung dengan pendekatan lingkungan sekitar.
- Dampak positif dari diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya.
B.
Saran
Dalam
merencanakan suatu kegiatan pembelajaran, seorang guru hendaknya senantiasa memperhatikan
karakteristik anak didiknya. Pada dasarnya, anak usia SD mudah merasa bosan,
sehingga guru hendaknya memepunyai inovasi-inovasi baru dalam setiap
pembelajaran dan senantiasa mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan. Dengan demikian, siswa akan termotivasi untuk mengikuti
pelajaran.
Dr. Amalia Sapriati, dkk. et.al.
2008. Pembelajaran IPA di SD. Cet.1, Ed 1, Jakarta: Univeritas
Terbuka
Dr. Ari Widodo, Dra. Sri
Wuryastuti, M.Pd, Dra. Margaretha, M.Pd. 2007, Pendidikan
IPA di SD, Cet.1, Ed.1, Bandung:
Upi Press
Dr. H. A. Wahab Jufri,
M.Sc. 2013. Belajar
Dan
Pembelajaran Sains. Bandung: Penerbit Pustaka Reka Cipta.
Drs. Ahmad
Susanto, M.Pd, 2013. Teori Belajar Dan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Ed.1, Cet.1, Jakarta: Kencana Prenamedia
Group
Drs. Asep Herry Hernawan,
M.Pd. Badru Zaman, M.Pd, Cepi Riyana, M.Pd. 2007. Pembelajaran Sekolah Dasar, Ed.1, Cet.1, Bandung: Upi Press.
http://junwarhp18biologi.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-paikem.html
(Di akses tgl 30 Agustus 2015.)
http://blogmarlis.blogspot.com/2013/05/makalah-peran-guru-dalam-
inovasi.html. (Di akses
tgl 31 Agustus 2015.)

Komentar
Posting Komentar